Sabtu, 20 Juli 2013

Nabi Muhammad SAW dan Budaya Jawa

Nabi Muhammad SAW. Kita sebagai umat Islam tentu telah mengenalnya. Sejak kecil kita sudah diajari syahadat rosul yang berisi kesaksian bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT. Beliaulah manusia mulia yang ada di jagat raya ini yang layak untuk dijadikan panutan hidup. Keagungan akhlaq beliau dan kehalusan budi pekerti yang dimiliki dalam berinteraksi membuat para sahabat kagum dengannya. Semoga kita semua mendapat syafa'atnya di hari qiyamat kelak.
Lantas apa
hubungannya dengan Jawa? Menarik untuk diteliti. Tulisan ini mencoba menceritakan kembali salah satu materi ceramah Cak Nun bersama Kiai Kanjeng yang banyak mengambil tema tentang budaya. Seperti dikemukakan oleh Cak Nun, karakter dari orang arab umumnya keras karena ditempa dalam kehidupan padang pasir yang panas dan ganas. Suka berperang antar kabilah dan bila berbicara dengan nada yang tinggi. Namun, Nabi Muhammad adalah pengecualian. Perangai beliau yang halus dan lembut seperti bukan menunjukkan kalau beliau adalah orang arab. Gaya bicara beliau cenderung lembut dan kalem. Sampai-sampai Cak Nun mengasumsikan perangai beliau seperti orang Jawa Solo yang kalem-kalem.
Satu hal yang Cak Nun ungkap pada ceramahnya adalah kebiasaan Nabi Muhammad SAW yang senang beruzlah. Uzlah adalah suatu kegiatan menyendiri dari hingar-bingar dunia luar untuk mencari ketenangan batin. Nabi Muhammad SAW biasanya beruzlah di dalam gua-gua dengan hanya seorang diri. Kebiasaan beliau ini sangat bertentangan dengan kebiasaan orang arab saat itu. Umumnya orang arab tidak suka beruzlah. Uzlahnya Nabi Muhammad SAW tersebut atas keinginannya sendiri. Berbeda dengan kisah Ashhabul Kahfi yang beruzlah karena menjauhi kedzaliman penguasa pada saat itu.
Hubungannya  dengan Jawa? Dalam budaya Jawa, kebiasaan menyendiri seperti tersebut diatas dikenal dengan istilah topo. Dalam bahasa Indonesia disebut bertapa. Kebiasaan bertapa itu hanya dimiliki oleh orang-orang Jawa. Itu yang ditegaskan oleh Cak Nun.
Dari beberapa contoh tersebut, Cak Nun mencoba menarik kesimpulan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki gen Jawa. Gen itulah yang sedikit banyak memberikan pengaruh pada beliau. Entah benar atau tidak, tapi menarik untuk diteliti dengan menarik ke atas garis keturunan Rasulullah SAW.
Mungkin apa yang diungkap tersebut mengada-ada bagian sebagian banyak orang. Namun itu semua tak lain dan tak bukan hanya untuk menanamkan rasa cinta kembali pada budaya sendiri. Budaya kita yang kaya. Masihkah ada yang peduli?

Tidak ada komentar: