Rabu, 28 Agustus 2013

Haul Kesembilan Gus Yus

Ketika saya bilang akan ke Jember untuk mengikuti Haul, banyak teman mahasiswa saya yang tidak tahu apa itu arti Haul. Kecuali beberapa teman yang berlatar belakang pesantren atau berasal dari Madura, mereka sudah mafhum dengan Haul. Sedikit bercerita, Haul adalah peringatan satu tahun wafatnya seorang insan manusia. Biasanya peringatan ini diperuntukkan bagi orang-orang besar, utamanya para kiai pengasuh pondok pesantren yang telah wafat. Diadakannya Haul, tak lain dan tak bukan adalah dengan harapan supaya masyarakat mampu meneladani kehidupan beliau-beliau para kiai yang sudah wafat. Bagi para santri, Haul juga berarti sebagai bentuk keta’dziman antara guru dan murid sebagaimana disebutkan dalam referensi kitab klasik (baca : kitab kuning).
Hampir tiga tahun lamanya setelah menempuh studi di Malang, saya tidak mengikuti Haul karena jadwal yang bentrok dengan acara yang lain. Sebenarnya, Haul kali ini juga berbarengan dengan agenda Fakultas yang cukup besar dimana saya juga merupakan bagian darinya. Tapi saya tetap memilih Haul. Tentunya dengan berbagai pertimbangan matang kenapa saya tidak memilih mengikuti agenda Fakultas.

Ahad sekitar jam setengah sembilan pagi saya sudah berada di Masjid Besar Pondok Pesantren Darus Sholah. Dalam agenda Haul Pondok Pesantren Darus Sholah ini selalu dibarengkan dengan kegiatan temu alumni. Organisasi alumni yang membawahi dinamakan KALIMASADA (Komunitas Alumni dan Santri Darus Sholah). Banyak cerita yang terungkap disitu. Seperti obrolan saya dengan Cak Arip, bagaimana dia memulai karir di Batam dari nol. Bahkan sambutan dari Ndalem pun sempat bilang “Kalau sudah temu alumni, yang bicara di depan sudah tidak akan diperhatikan. Semua sibuk dengan agendanya sendiri yakni kangen-kangenan”.
Yang menarik adalah salah satu pesan dari Almarhum KH. Yusuf Muhammad kepada beberapa santri angkatan pertama. Beliau sempat berpesan “Berpikirlah secara transedental”. Ketika pesan itu terucap, banyak santri-santri angkatan pertama yang tidak terlalu memperhatikannya karena asing dengan istilah yang digunakan. Namun, setelah beberapa tahun barulah dapat dimengerti maksud dari pesan beliau. Berpikir transedental adalah cara pandang agar tidak hanya melihat secara dhohir suatu fenomena yang terjadi di sekitar kita, melainkan juga harus mampu melihat secara bathin. Artinya seorang santri haruslah mampu membaca pesan-pesan tersembunyi yang terjadi di sekitarnya. Bagaimana caranya? Entahlah. Obrolan dalam Haul tidak terlalu membahas secara detail bagaimana caranya. Yang seperti itu adalah supaya seorang santri mampu mengembangkan dirinya sendiri secara mandiri.
Suasana Pembukaan Haul Kesembilan Pondok Pesantren Darus Sholah.

Suasana Guyub Para Alumni.

Suasana Temu Alumni.

Pintu Masuk Makam KH. Yusuf Muhammad.

Tidak ada komentar: