Senin, 28 April 2014

Ungapan - Goa Cina

Lurah Semar baru saja pulang dari tugas kenegaraan. Dia diutus oleh penguasa Madukara, Raden Janaka, untuk pergi mengamati suasana alam negeri jiran. Negeri Nusantara yang kini berganti nama menjadi Indonesia.
Tugas kali ini tidaklah berat. Hanya mengamati, kemudian melaporkan kembali pada Raden Janaka. Keindahan alam yang agung, yang hampir sebagian besar masyarakat Indonesia tidak bangga akan kekayaan dan kebesaran yang dimiliki.

"Jadi apa yang sampean dapati disana, Lurah Semar?" Raden Janaka ingin segera mendengar laporan dari Lurah Semar.


"Saat Tuhan tengah menciptakan Surga, Surga itu bocor dan jatuh ke bumi. Maka itulah Indonesia, Raden." Lurah Semar menjawab dengan menggunakan peribahasa.
"Coba sampean lanjutkan Lurah Semar. Aku wis penasaran banget iki." Pinta Raden Janaka.
Sambil menghela nafas, Lurah Semar memulai ceritanya.
"Negeri Nusantara itu negeri yang indah, Den. Penduduknya ramah-ramah. Saya singgah di sebuah kabupaten. Seumpama dengan kadipaten mungkin kalau di Madukara. Kabupaten Malang namanya, Den. Wuaduh Den, yang lucu itu, penduduknya kalau ngomong itu lho, pakai bahasa kowal-kawil."

"Bahasa kowal-kawil, Lurah?" Tanya Raden Janakan sambil mengangkat setengah alis dan meletakkan tangan di dagu.

"Iya Den. Bahasa kowal-kawil itu kalau ngomong dibalik. Jadi seumpama saya bilang dengan bahasa kita, saya makan, itu kalau disana diucapkan dengan ayas nakam, Den."
"Hmmm, ngono yo Lurah. Terus apalagi yang menarik?"Raden Janaka kembali bertanya.

"Disana, saya sempat dolan ke pantai, Den. Segara kalau namanya di Madukara. Awalnya saya dolan ke Pantai Ungapan. Pantai yang jadi pertemuan antara air tawar dengan air asin. Ombaknya waktu itu gedhe banget, Den. Saya hampir aja keseret. Untung awak lemu ini membuat saya jejeg kalo berdiri."
"Ealah, syukur ya punya badan lemu gitu Lurah Semar. Haha."
"Haha, iya Den. Setelah hampir keseret gitu, saya terus pindah ke pantai Goa Cina. Disini pantainya bagus, Den. Ada batu karang bentuknya kotak-kotak. Seperti papan berserakan gitu."

Lurah Semar berhenti sejenak, kemudian melanjutkan ceritanya.

"Di pantai Goa Cina, saya sempat ketemu dengan Den Puntadewa dan Den Drupadi. Saya sempat ngobrol dengan mereka berdua. Katanya, Den Puntadewa sedang ngantarkan Den Drupadi dolan ke pantai. Den Drupadi pingin wadul sama Ratu Kidul katanya. Dengar nama Ratu Kidul gitu saya langsung merinding, Den Janaka. Akhirnya, saya langsung ngeloyor pergi meninggalkan mereka berdua."
"Kayaknya indah ya negeri seberang itu Lurah Semar. Sampai-sampai Kang Mas Puntadewa dan Mbak Yu Drupadi mbelan-mbelani kesana buat wadul ke Ratu Kidul. Padahal disini kan juga bisa." Raden Janaka kagum dengan cerita Lurah Semar dari negeri seberang.

"Iya Den Janaka. Saya tak mingin-mingini sampean ya. Ini foto-fotonya. Hehe."

"Owh, dasar sampean ki Lurah Semar. Asem tenan."

Pantai Ungapan.
Bibir pantai.
Naga pantai.
Pantai Goa Cina.
Tersapu ombak.


Tidak ada komentar: