Kamis, 20 Juni 2013

Kawah Ijen

Kawah Ijen, kawah yang berada di puncak gunung Ijen ini memang terkenal indah. Banyak wisatawan lokal maupun luar yang tertarik untuk berkunjung sekedar ingin tahu. Bagi yang sudah tahu, biasanya mereka tidak ingin melewatkan pemandangan matahari terbit dari balik puncak gunung. Ditambah dengan kemilau air kawah yang memantulkan sinar perak mentari pagi. Sungguh indah.
Posisi kawah ijen berada di perbatasan antara dua kabupaten, Bondowoso dan Banyuwangi. Saya sebagai
orang Bondowoso baru sampai di kawah pada tahun 2013. Sebelumnya di tahun 2007, pernah berencana pergi kesana namun hanya sampai di air terjun Belawan dikarenakan kondisi cuaca yang tidak mendukung.
Jumat malam setelah makrab keluarga besar fisika, kami langsung berangkat ke kawah ijen. Awalnya tak ada niatan untuk berangkat, tetapi karena salah satu mata kuliah yang melakukan fieldtrip ke kawah ijen, maka kami tertarik untuk ikut. Dengan menyewa mobil, kami berdelapan berangkat menuju lokasi. Teman-teman yang fieldtrip berangkat menggunakan mobil lain.
Rute yang kami lewati adalah rute pantura. Dimulai dari Malang, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, dan Banyuwangi. Sebenarnya lebih enak lewat Bondowoso, ya tapi ikut sang penunjuk jalan saja. Sampai di Banyuwangi sekitar jam 6 pagi. Sambil menunggu rombongan teman-teman di belakang, kami beristirahat di dekat pos pantau. Ketika rombongan teman-teman tiba, langsung setelah itu sarapan digelar. Harusnya mereka berkunjung ke pos pantau dahulu, namun karena pos pantau belum buka akhirnya sarapan dulu.
Selanjutnya perjalanan dilanjutkan. Mobil kami sempat berhenti karena tidak mampu menanjak. Sebagai solusi kami turun dan mendorong mobil bersama-sama. Sampai di pintu masuk kawah ijen, mobil pun diparkir. Menuju ke puncak dilanjutkan dengan berjalan kaki. Akses jalan lumayan bagus. Tidak beraspal namun rata. Sepanjang jalan banyak turis berseliweran. Ada dari Jerman, Belanda, Inggris, Cina, dll. Berseliwernya turis-turis dilengkapi dengan pemandangan penambang belerang. Turis yang modis berbaur dengan penambang dengan kesan tradisional. Inilah kehidupan seharusnya yang harus bisa membaur.
Sampai di puncak sempat kecewa karena kawah yang tertutup kabut. Namun, karena angin yang bertiup lumayan kencang, kawah pun terlihat meski tidak setelah itu tertutupi kembali. Sampai jumpa lagi di ekspedisi selanjutnya.
Setelah nyurung mobil, narsis dulu.

Istirahat di sela-sela mendaki.

Di pintu gerbang kawah ijen.

Mendaki

Kang Mas Hanif dan Gus Bagus.

Mumpung semangat.

Kawah ijen.

Para penambang belerang.

Perbatasan Bondowoso-Banyuwangi.

Foto Bersama.


Tidak ada komentar: