Rabu, 12 Februari 2014

Balekambang, 8 Februari 2014

Dolan. Kata dalam bahasa Jawa yang memiliki padanan kata dengan dulin ini memang menyenangkan. Bagi anak-anak dalam usia sekolah, ini dimaknai sebagai kegiatan bermain. Tertawa lepas tanpa ada beban. Begitulah kehidupan masa kecil. Jalan-jalan sembari sedikit melupakan persoalan yang mendera hidup. Itu mungkin yang ada di benak orang dewasa tentang dolan. Istilah yang sering digunakan adalah refreshing atau rekreasi. Entah sesuai atau tidak, ajakan untuk dolan itu datang pada Jumat, 7 Februari 2014.
Ajakan dari sahabat yang bisa dibilang aneh. Orang
aneh. Begitu kadang saya mencandai dia. Kemana? Dia menjawab ingin ke pantai tetapi tak tahu pantai yang mana. Keinginannya adalah pantai di Malang Selatan. Sendang Biru, Ungapan, Bajul Mati, Balekambang, Ngliyep, dan Kondang Merak, sederetan pantai di kawasan Malang Selatan. Sempat mengusulkan pantai di daerah Blitar, tetapi karena waktu tempuhnya yang hampir sama dengan waktu tempuh Malang-Bondowoso, akhirnya rencana di Blitar pun gagal. Perdebatan yang cukup sengit malam itu, kemudian menghasilkan Balekambang sebagai tujuan dolan. Dan, kami berangkat keesokan harinya.
Sabtu, 8 Februari 2014, berangkatlah kami dari Malang. Sahabat saya yang aneh ini belum pernah ke Balekambang. Saya sendiri yang bolak-balik ke Malang Selatan karena urusan KKN, belum pernah sekalipun mengunjunginya. Otomatis, perjalanan kami hari itu hanya mengandalkan rambu-rambu lalu lintas. Biasanya setiap hari, beberapa kami sering melanggar rambu-rambu lalu lintas. Tapi kali ini, kami berusaha untuk mematuhinya agar selamat sampai tujuan. Tidak nyasar begitu maksudnya.
Seperti Jamur.
Jalanan menuju Balekambang cukup rata meskipun di beberapa ruas jalan masih menyisakan lubang-lubang. Beberapa bagian jalan juga sedang mengalami perbaikan. Jalanannya tak terlalu berkelok-kelok. Cukuplah membuat pengendara mengantuk di jalan. Beberapa kali saya menguap, sedangkan teman saya juga sering mematukkan antara helmnya dan helm saya. Cukuplah itu pertanda bahwa dia sedang mengantuk.
Tiba juga di Balekambang. Salah satu yang menjadi daya tarik kami berkunjung kesini adalah adanya Pura di tengah laut. Serupa dengan Pura Tanah Lot di Bali. Bedanya, di Balekambang ada jembatan yang menuju ke sana. Sehingga memudahkan wisatawan untuk berkunjung sekadar melihat-lihat Pura.
Pulau Ismoyo.
Bibir pantai yang kami datangi pertama kali cukup sepi. Yang mengagetkan, tidak terlihat adanya Pura yang menjadi tujuan. Kemana gerangan? Ternyata lokasi Pura masih sekitar 1 km lagi. Kami yang salah memarkir kendaraan. Terlalu jauh. Disyukuri saja.
Berjalan di pinggir pantai cukup menyenangkan. Meninggalkan jejak-jejak panjang yang segera disapu deburan ombak. Hilang tak berbekas. Silahkan dicari sendiri maknanya.
Pulau tempat Pura berdiri ini cukup unik. Jika dilihat dari seberang jembatan, pulau ini berbentuk seperti hewan. Kepalanya seperti naga. Itu yang ada di benak saya. Pura ini bernama Pura Ismoyo. Tercetak di prasasti peresmian Pura beberapa tahun silam. Ismoyo adalah nama lain dari Semar, salah satu tokoh Punakawan yang bijaksana.
Pulau Ismoyo yang berbentuk seperti naga.
Disana saya memotret beberapa obyek. Ada kepala Kala, relief Anoman, dan patung penjaga gapura. Di salah satu sudut pulau, sahabat saya sedang asyik dengan kegiatannya. Sibuk merekam suara-suara ombak yang menjadi keinginannya sejak beberapa waktu lalu. Tak salah kan jika saya bilang dia itu aneh.
Pura Ismoyo yang dijaga Kala.
Relief Anoman mengalahkan ular.
Relief Anoman.
Sebelum meninggalkan pulau, kami sempat dimintai tolong untuk memotret sekelompok pasangan muda. Selesai memotretkan, sekelompok pasangan muda mengucapkan dan terima kasih dan sempat mengeluarkan beberapa kalimat canda :

Semoga langgeng ya...
Loh, kalau mereka kakak adik?
Gak mungkin lah, wajahnya lho gak mirip..


Saya dan teman saya hanya tertawa saja mendengarnya. Di salah satu sudut lokasi pantai, teman saya mengajak istirahat sejenak. Obrolan ngalor-ngidul menyelingi selama kami beristirahat. Obrolan itu pun harus diakhiri dengan waktu sholat yang dilanjutkan dengan kembali ke Malang.
Penjaga gapura.
Samudra Indonesia.
Sudut Pantai.
Prasasti Ismoyo.


Tidak ada komentar: