Selasa, 25 Februari 2014

Dau, 21 Februari 2014

Jumat. Bilal-bilal di masjid selalu mengatakannya sebagai sayyidul ayyam, raja segala hari. Tidak salah memang. Pada hari itu, ketika seruan untuk sholat jumat telah diperdengarkan, maka dianjurkan untuk segera mengingat Allah SWT dan meninggalkan segala hal yang berkaitan dengan dunia. Fas'au ilaa dzikrillahi wa dzarul baii'. Itu semua lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Dzaalikum khoirullakum in kuntum ta'lamuun.
Hari itu hari Jumat. Hari untuk melakukan pengambilan data. Yap, begitulah mahasiswa geofisika. Data-data untuk
keperluan Tugas Akhir telah disediakan oleh alam. Jangan lupa bersyukur kawan bagi kalian mahasiswa geofisika. Kali ini teman saya yang melakukan pengambilan data ialah Amanda G.S. dibantu oleh rekan-rekannya, Sania, Fina, Dzarril, Saliem, Hanif, Affandi, Galuh, Bagus, Saya, Puguh, dan Siwi. Beberapa teman menyusul kemudian yaitu Elwin dan Gustiansyah.
Cuaca cukup cerah hari itu. Langit biru berpadu dengan awan putih. Sebenarnya pengambilan data kali ini dilakukan untuk menambahi data yang telah diambil beberapa bulan sebelumnya. Lokasinya di Dau. Tepatnya di sebuah PonPes yang sedang dibangun. Penelitian ini bertujuan untuk mencari lokasi air tanah. Sehingga penentuan letak sumur menjadi tidak sembarangan dan pasti.
Selesai santap pagi.

Tak ada rokok, senyum pun jadi.

Blusukan membuat line.

Rombongan terbagi menjadi dua. Sebagian naik mobil bersama alat, sebagian lagi menunggangi bebek besi, sepeda motor. Xenia putih yang saya juga di dalamnya sempat kebingungan menentukan jalan. Navigator yang bersama kami, Bagus dan Sania sedikit lupa dengan jalur menuju ke lokasi. Sementara itu para penunggang bebek besi berkali-kali menelepon kami menanyakan lokasi tepatnya. Akhirnya kami tiba lebih dulu.
Tiba di lokasi, penelitian tidak serta merta dilakukan. Sebagian teman asyik sarapan dan sebagian lagi mulai menentukan line sepanjang 400 meter. Setiap sekitar 5 meter diberikan tanda yang menjadi tetenger untuk pengambilan data. Metode yang digunakan adalah metode geolistrik. Kasarannya, bumi disetrum dengan arus listrik. Respon dari bumi yang ditangkap oleh alat itu yang dicatat sebagai data.
Saliem-Dzarril, seperti Fahri dan Aisha.

Bukan boy band.

Line sepanjang 400 meter sudah dibuat. Sekarang saatnya pengambilan data. Alat-alat telah dikeluarkan dan dibawa ke titik tengah line yakni titik 200 meter. Tak dinyana hujan turun. Terpaksa alat-alat dibawa kembali ke bangunan terdekat. Cukup berbahaya memang jika hujan turun. Karena air adalah penghantar listrik yang baik, resiko tersetrum akan lebih besar ketika hujan turun.
Guyon.

Persiapan evakuasi alat.

Beberapa menit kemudian hujan berhenti. Namun pengambilan data harus terhenti karena panggilan untuk sholat jumat telah diperdengarkan.
Selesai sholat jumat, kami mulai kembali melakukan pengambilan data. Pembagian tugas pun dilakukan. Saya dan Galuh kebetulan kebagian untuk menggeser elektroda. Setiap sekitar 5 meter, elektroda di tancapkan dan ditembakkan arus listrik. Begitu pula teman saya di sisi yang lain. Teman-teman geofisika menyebutnya dengan istilah inject. Adapun teman-teman perempuan bertugas mencatat dan melakukan inject pada alat. Sementara Amanda dan Hanif menentukan line baru yang menyilang dengan line yang sedang kami tembaki dengan arus listrik.
Tepat saat pengambilan data menyisakan satu titik, hujan perlahan mulai turun. Semakin lama semakin deras. Kilat pun ikut menyambar. Akhirnya diputuskan bahwa line kedua tidak perlu dilakukan pengambilan data. Satu line  saja cukup. Saya tidak mengerti kenapa diputuskan begitu.
Di bawah hujan, kami menikmati santapan-santapan yang disediakan oleh yang punya penelitian. Ada nasi bungkus, rambutan, kerupuk, dan gorengan. Suasana semakin asyik saat menunggu hujan reda sembari bermain HT. Saling gojlok.
Santap di bawah hujan.

Hujan reda. Kami pun pulang tepat jam 3 sore. Para penunggang bebek besi sampai di kos masing-masing hanya memakan waktu sekitar 30 menit. Bagaimana dengan penunggang Xenia? Rekor. Waktu tempuh Dau-Malang memakan waktu hingga 1.5 jam. Jalanan yang sempit serta beberapa jalan yang ditutup karena kegiatan warga menjadi penyebabnya. Ditambah lagi jalan besar yang memberlakukan sistem buka tutup akibat perbaikan di beberapa ruas jalan. Saya hanya bisa menghela nafas. Pun juga teman-teman.
Malamnya, acara masih berlanjut yakni syukuran Fina. Banyak teman-teman yang diundang. Utamanya yang membantu dia selama proses penelitian berlangsung. Bagus, Elwin, Hanif, Puguh, Galuh, Amanda, Dzarril, Sania, dan Saya diundang ke kedai assalamualaikum untuk menikmati syukuran. Jumat memang hari yang penuh barokah.
Sania-Fina, Malang-Lombok.

Pose nggilani.

Puguh-Saliem, cool.

Jendela-jendela.

Guyub.

Hijau-Abu-abu.

1 komentar:

Z mengatakan...

Excelent boy, lanjutkan